Senin, 10 Desember 2012

laporan kkl


LAPORAN KKL (KULIAH KERJA LAPANGAN)
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH
Identifikasi Tunbuhan Bertallus Lumut (Bryophyta), Jamur (Fungi),
dan Lumut Kerak (Lichen) di Hutan Wisata Cangar
Dosen Pengampu :
1.          Drs. Sulisetjono, M.Si
2.          Ainun Ni’mati Laily

Oleh :
  Nurul Fazriyanti                    (11620003)
           Aizah Imaniah                       (11620012)
  Ariek Difa Rofiqoh               (11620020)
  Hesty Amita                          (11620029)
  Alik Rohmawati                    (11620073)









JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tumbuhan di dunia ini sangat beragam. Terdapat tumbuhan yang sudah memiliki akar batang dan daun yang sudah dapat dibedakan dengan jelas atau yang disebut Cormophyta , tetapi ada pula yang akar, batang , dan daunnya masih belum dapat dibedakan atau disebut thallophyta. Tumbuhan berkormus meliputi beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan tumbuhan berthallus meliputi alga, lumut dan lumut kerak. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang lumut, liken dan jamur. Tumbuhan Lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya hanya beberapa milimeter saja, lumut hidup pada tempat-tempat yang lembab, sedangkan lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan perintis. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di atas tanah. Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler, selain itu jamur ada yang beracun tetapi ada pula yang memiliki nilai gizi tinggi.
Ketiga organisme tersebut secara umum dapat disebut sebagai organisme bertalus. Di Indonesia potensi akan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan tersebut dapat di temukan pada beberapa daerah yang memiliki kelembaban yang baik. Habitat dari ketiga jenis organisme tersebut dapat ditemukan dalam satu tempat yang memang memiliki potensi sebagai tempat hidup yang memberikannya nutrisi dan pemenuhan unsur-unsur yang dibutuhkan. Salah satunya adalah di hutan wisata Cangar yang terletak di dusun Cangar, Desa Sumber Brantas, kecamatan Bumiaji, kota Batu, kabupaten Malang.. Identifikasi secara benar sangat berguna untuk mengetahui kelebihan dan kerugian dalam pemanfaatannya pada kehidupan.

1.2  Tujuan
Tujuan dari pengamatan lumut, liken, dan jamur di hutan wisata Cangar adalah untuk :
1.      Mengetahui jenis-jenis lumut, liken, dan jamur di hutan wisata Cangar.
2.      Mengetahui klasifikasi dari jenis-jenis lumut, liken, dan jamur yang terletak di hutan wisata Cangar.
3.      Mengetahui ciri-ciri dari jenis lumut, liken, dan jamur yang terletak di hutan wisata Cangar.

1.3  Manfaat
Manfaat dari pengamatan lumut, liken, dan jamur yang terletak di hutan wisata Cangar adalah untuk :
1.      Mengetahui jenis dan manfaat dari lumut, liken, dan jamur  yang diamati.
2.      Memanfaatkan pembudidayaan lumut, liken, dan jamur di habitat  yang sesuai.



BAB II
METODOLOGI

2.1. Waktu dan tempat
                   
      Kuliah Kerja Lapangan (KKL)  yang ditujukan untuk memperdalam mata kuliah taksonomi tumbuhan rendah (TTR) khususnya tentang tumbuhan tingkat rendah meliputi lumut, jamur dan lichen, yang dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2012 yang dimulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB tanggal 2 Desember 2012. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang ditujukan untuk memperdalam mata kuliah taksonomi tumbuhan rendah (TTR) dilaksanakan di Cangar yang merupakan tempat pemandian air panas. Yang memiliki kondisi yang masih alami sehingga masih terdapat banyak spesies lumut, jamur dan lichen.

2.2. Alat dan Bahan
     
2.2.1. Alat
            Alat yang digunakan kuliah kerja lapangan, meliputi:

1.      amplop                                                                  3 buah
                       
2.3. Cara Kerja
            Langkah kerja yang harus dilakukan meliputi:
    1.  Dicari lumut, jamur dan lichen.
    2.  Didokumentasikan setiap spesies dari lumut, jamur dan lichen
 yang telah ditemukan.
    3.  Diamati ciri morfologi dari masing-masing spesies.
    4.  Diidentifikasikan masing-masing dari spesies tersebut.
    5. Diklasifikasikan masing-masing spesies yang telah diidentifikasikan.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Usnea barbata
3.1.1  Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Description: D:\KKL\lumut n jamur\Foto3267.jpg

Text Box: 1 Text Box: 2
Text Box: 3
 


Description: D:\usnea.jpg
Text Box: 2Text Box: 3Text Box: 1(Mahmud, 2011)

Keterangan :
1.      Substrat (Kayu)
2.      Thallus
3.      Holdfast
4.      Berbentuk menyerupai akar
5.      Berwarna hijau
6.      Memiliki holdfast



3.1.2        Klasifikasi
 Klasifikasi Usnea barbata menurut Smith (1995) adalah :
Kingdom                   Plantae
           Devisi                  Thallophyta
                 Class                       Ascholichenes
                        Ordo                     Lecanorales
                            Family                     Usneaceae
                                    Genus                    Usnea
                                         Species                   Usnea barbata

3.1.3        Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lalukan terhadap spesies Usnea barbata diperoleh hasil pengamatan bahwa spesies Usnea barbata merupakan liken ( lumut kerak ) yang masuk dalam jenis liken frutikose, mempunyai holdfast yang berguna sebagai tempat melekatkan tubuhnya kepada substrat biasanya berupa kayu. Bentuknya membentuk suatu rumpun yang menyerupai akar, berwarna hijau, dan bercabang-cabang dengan percabangan yang tidah teratur. Spesies ini biasanya menempel pada kayu-kayu di pegunungan.  
Merupakan lumut dengan daun seperti daun perdu. Ujung batang kecil, berbentuk benang, dan tumbuh tegak atau menggelantung. Batang thallus berbentuk bulat atau persegi, rata atau berbatang seperti serabut, serta masir atau berkutil. Kulit berbentuk seperti tanduk, mudah terbelah, terbentuk dari hypen yang teratur dan berdinding tipis. Liken ini termasuk dalam jenis frutikose karena thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah.. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia (Birsyam, 1992 : 133 .)
Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Liken ini  membentuk tubuh buah yang berupa apotesium. Berlainan dengan Discomycetales yang hidup bebas yang apotesiumnya hanya berumur pendek. Apotesium pada Lichenes ini berumur panjang, bersifat seperti tulang rawan dan mempunyai askus yang berdinding tebal. Dalam golongan ini termasuk Usnea (kayu angin) yang berbentuk semak kecil dan banyak terdapat pada pohon-pohonan di hutan apalagi dan juga di  pegunungan (Hidayat, 1995 : 157).
Hasil pengamatan yang telah dilakukan telah sesuai dengan literature yang telah diamati bahwa liken spesies Usnea barbata termasuk dalan jenis frutikose dan berbentuk seperti akar suatu tumbuhan, berwarna hijau, dan memiliki holdfast yang digunakan untuk melekatkan dengan substat.
Habitat Usnea barbata berdasarkan literature Roimil (2001: 86) bahwa Usnea barbata disebut juga dengan kayu angin. Kayu angin tumbuh pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Hidupnya bergantung pada pohon inang tetapi tidak merugikan. Daunnya seperti daun cemara berwarna putih keabu-abuan. Liken jenis ini banyak ditemukan menempel pada pohon-pohon di pegunungan yang biasa juga ditemukan di hutan-hutan.
Usnea barbata hidup bergelantung di udara, menempel pada pohon-pohon di pegunungan, tidak bergantung pada dataran tinggi,tempat hidupnya mulai dari permukaan laut oleh karena itu Lichen dapat ditemukan mulai dari dataran rendah sampai pada dataran tinggi . Cara hidup  Usnea barbata disebut epifit, menempel pada pohon-pohon di pegunungan biasanya menempel menggantung pada pohon (Roimil, 2001 : 89).
Reproduksi pada Usnea barbata tidak dapat terjadi secara seksual. Liken ini hanya bereproduksi secara aseksual, yaitu melalui fragmentasi. Pada proses reproduksi tersebut liken ini melepaskan fragmen-fragmen kecil yang disebut soredia.  Soredia adalah unit reproduksi berupa sel ganggang yang terbungkus dengan hifa jamur. Selanjutnya soredia (soredium) tersebar dan tumbuh membentuk talus yang baru pada tempat yang sesuai (Tjitrosoepomo, 1989 : 132).
Manfaat yang dapat diperoleh dari liken jenis frutikose Usnea barbata yaitu sebagai obat pegal-pegal, mencret dan disentri karena mengandung kandungan kimia berupa asam usnin, asam barbotolat, asam usnetin, dan asam barbatin. Usnea barbata  merupakan contoh liken kelas Ascholichenes  yang dianggap mempunyai khasiat obat untuk ramuan pembuatan jamu tradisional. Usnea juga bermanfaat karena menghasilkan suatu antibiotik asam usnin yang berguna untuk melawan Tuberculosis (Yudianto, 1992 : 81).

3.2 jamur kuping (Auricularia auricula)
3.2.1 Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Description: D:\IHDA TITIP\201212\201212A0\02122012101.JPG
Text Box: 3Text Box: 2Text Box: 1
Description: http://bugar.web.id/images/jamur_kuping_hitam.jpg
Text Box: 2Text Box: 1Text Box: 3(Mahmud, 2010).

Keterangan :
1.      Blade
2.      Holdfast
3.      Substrat
4.      Blade berstruktur licin dan  kenyal
5.      Berwarna kecoklatan
6.      Menempel pada kayu atau batu-batuan

3.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi jamur kuping Auricularia auricula menurut Smith (1995) adalah :
Kingdom                     Fungi
            Devisi                 Basidiomycota
                  Class                 Hymemomycetales
                        Ordo                Auriculariales
                              Family            Auriculariaceae
                                    Genus              Auricularia
                                          Species           Auricularia auricula

3.2.3 Pembahasan
            Berdasarkan hasil penagmatan yang telah dilakukan terhadap spesies Auricularia auricular diperoleh hasil bahwa spesies ini memiliki warna kecoklatan, melekat pada kayu yang lembab dan memiliki struktur thallus yang licin dan kenyal. Jamur ini berbentuk lekukan yang berlekuk tidak teratur. Permukaan bagian atas pada jamur ini memiliki selaput tipis yang kenyal dan lembab. Jamur kuping yang telah diamati ini merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dikonsumsi.
            Auricularia auricula umumnya kita kenal sebagai jamur kuping. Jamur ini disebut jamur kuping karena bentuk tubuh buahnya melebar seperti daun telinga manusia (kuping). Jamur kuping (Auricularia auricula) merupakan salah satu kelompok jelly fungi yang masuk ke dalam kelas Basidiomycota dan mempunyai tekstur jelly yang unik. Fungi yang masuk ke dalam kelas ini umumnya makroskopis atau mudah dilihat dengan mata telanjang. Miseliumnya bersekat dan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: miselium primer (miselium yang sel-selnya berinti satu, umumnya berasal dari perkembangan basidiospora) dan miselium sekunder (miselium yang sel penyusunnya berinti dua, miselium ini merupakan hasil konjugasi dua miselium primer atau persatuan dua basidiospora) (Hidayat, 1989 : 122).
            Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal. Warna tubuh buah jamur ini pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua. Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis yang tinggi adalah yang memiliki warna coklat pada bagian atas tubuh buah dan warna hitam pada bagian bawah tubuh buah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat sehingga jamur ini akan kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya (Roimil, 2001 : 144).
            Perbandingan hasil pengamatan dan literature yang telah disebutkan tersebut telah sesuai, jamur ini memiliki warna kecoklatan, melekat pada kayu yang lembab dan memiliki struktur thallus yang licin dan kenyal. Jamur ini berbentuk lekukan yang berlekuk tidak teratur. Permukaan bagian atas pada jamur ini memiliki selaput tipis yang kenyal dan lembab. Jamur kuping yang telah diamati ini merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dikonsumsi.
            Habitat Auricularia auricular dapat ditemukan melekat di kayu-kayu yang lembab dengan menggunakan holdfastnya sebagai alat untuk melekatkan tubuhnya pada substrat. Sealin itu, habitat dari jamur ini terutama pada daerah-daerah yang lembab dan memiliki curah hujan yang baik.
            Reproduksi vegetatif dari jamur kuping adalah dengan membentuk tunas, dengan konidia, dan fragmentasi miselium. Sedangkan, reproduksi generatif jamur kuping adalah dengan menggunakan alat yang disebut basidium, basidium berkumpul dalam badan yang disebut basidiokarp, yang selanjutnya menghasilkan spora yang disebut basidiospora. (Tjitrosoepomo, 1989 : 89).
            Siklus hidup pada jamur ini yaitu dengan tubuh buah yang sudah tua akan menghasilkan spora yang berbentuk kecil, ringan, dan jumlahnya banyak. Apabila spora tersebut jatuh pada kondisi dan tempat yang sesuai dengan persyaratan hidupnya (misalnya di kayu mati atau bahan yang mengandung selulosa dan dalam kondisi yang lembab) maka spora tersebut akan berkecambah dan membentuk miselium melalui beberapa fase. Pada fase pertama, miselium primer yang tumbuh akan terus menjadi banyak dan meluas. Selanjutnya akan berkembang menjadi miselium sekunder yang membentuk primordial (penebalan miselium pada bagian permukaan miselium sekunder dengan diameter sekitar 0.1 cm). Dari primordial akan tumbuh dan terbentuk kuncup tubuh buah (pada tingkat awal) yang semakin lama akan semakin membesar (kurang lebih 3-5 hari). Kemudian, dari primordial akan tumbuh tubuh buah jamur yang bentuknya lebar, yang pada saat tua dapat dipanen (Tjitrosoepomo, 1989 : 93).
            Jamur kuping memiliki banyak manfaat kesehatan, di antaranya untuk mengurangi penyakit panas dalam dan rasa sakit pada kulit akibat luka bakar. Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya memiliki khasiat sebagai penangkal (menonaktifkan) zat-zat racun yang terbawa dalam makanan, baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, maupun racun berbentuk logam berat. Kandungan senyawa yang terdapat dalam lendir jamur kuping juga efektif untuk menghambat pertumbuhan karsinoma dan sarkoma (sel kanker) hingga 80-90% serta berfungsi sebagai zat anti koagulan (mencegah dan menghambat proses penggumpalan darah) (Roimil, 2001 :129).

3.3  Anthoceros sp.
   3.3.1. Gambar Anthoceros sp

Gambar pengamatan
Gambar literature
                     (Indah.2009)      

3.3.2. Klasifikasi
                     Klasifikasi menurut Dasuki dan Birsyam (1985), yaitu:
         Kingdom : Plantae
                     Divisio : Bryophyta
                                 Class : Hepaticopsida
                                             Ordo : Anthocerotales
                                                         Familia : Anthocerotaceae
                                                                     Genus : Anthoceros
                                                                              Spesies : Anthoceros sp.
                       
                    
3.3.3. Pembahasan
        
         Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui,  termasuk divisi bryophyta. Menurut Indah (2009), menjelaskan bahwa lumut berwarna hijau karena mempunyai sel – sel dengan plastida yang menghasilkan klorofil a dan b, lumut bersifat autotrof karena mempunyai klorofil sehingga dapat menghasilkan serta membuat makanan sendiri.lumut merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus, lumut dapat beradaptasi untuk hidup di tanah, belum mempunyai jaringan pengangkut serta sudah memiliki dinding sel yang mengandung selulosa.
Prawirohartono (1989), menyatakan bahwa lumut dapat tumbuh di atas tanah-tanah yang gundul yang periodik mengalami kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun tumbuhan ini edapt hidup. Kebanyaka dari lumut-lumut daun suka akan tempat-tempat yang basah, tetapi ada p-ula yang tumbuh di tempat yang kering. Beberapa  macam di antaranya  dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan sampai bertahun-tahun. Pada tempat yang kering lumut membentuk talus yang berupa bantal atau gebalan, dan di atas tanah-tanah hutan sering kali merupakan suatu lapisan yangyang menyerupai beludru. Dalam hutan-hutan di pegunungan daerah tropik  batang-batang dan cabang-cabang pohon-pohonanpenuh dengan lumut-lumut yang menempel berupa bantalan atau bergantungan dari semua bagian tanaman hingga hutan iti pohon-pohonnya seakan-akan penuh dengan lumut yang selalu mencucurkan air. Suasana dalam hutan yang demikian amat lembab, berkabut, dari itu hutan tadi sering disebut hutan lumut atau hutan berkabut.
Menurut Kimball (1999), Divisi Bryophyta alat-alat kelamin yang berupa anteridium dan arkegonium, demikian pula sporogoniumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol. Bagian yang lebar disebut perut, dan bagian yang sempit leher. Mikrogametangium (anteredium) adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat atau seperti gada. Dindingnya seperti dinding arkegonium pun terdiri atas selapis sel-sel mandul. Pada Divisi Bryophyta embrio itu tumbuh menjadi suatu badan kecil yang akan menghasilkan spora, yaitu sporogonium.
Menurut Haspara(2004),Tumbuhan lumut (Bryophyta) termasuk tumbuhan talus. Tempat hidup di tanah yang lembab, di pohon, di batu merah. Lumut mempunyai rhizoid yang berfungsi untuk pelekat pada substrat dan mengangkut air dan unsur-unsur hara ke seluruh bagian tubuh. Lumut mengalami metagenesis. Organ kelamin jantan berupa anteredium yang menghasilkan spermatozoid dan organ betina berupa arkegonium yang menghasilkan ovum. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga classis yaitu Classis Hepaticopsida (lumut hati), Classis Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Classis Bryopsida (lumut sejati). Classis Hepaticopsida berbentuk lembaran, mempunyai rhizoid, hidup di tempat lembab dan berair. Reproduksi seksual membentuk arkegonium dan anteredium. Classis Anthocerotpsida, hidup di temat lembab, mengalami metagenesis antara fase sporofit dan gametofit. Bryopsida hidup ditempat yang terbuka, batang tegak bercabang dan berdaun kecil. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang batang).
Loveless (1989), menyatakan bahwa semua lumut daun dan sebagian besar lumut hati (yaitu lumut hati yang berdaun) memiliki batang yang berdaun, tetapi pada beberapa lumut hati (yaitu lumut hati yang bertalus) tubuh tumbuhannya berupa talus yang memipih dorsiventral tanpa tonjolan-tonjolan berdaun. Tidak ada Bryophyta yang memiliki akar sejati, walaupun ada penonjolan berupa rambut yang disebut rhizoid, berupa jangkar yang menancap pada substratnya dan dapat menyerap air dan bahan terlarut. Beberapa jenis Divisi Bryophyta memiliki system pembuluh terpusat yang sederhana pada batangnya, tetapi sama sekali tidak ada unsure penghantar yang berlignin (trakeid dan pembuluh) dan jaringan pembuluh sejati (xylem dan floem). Kebanyakan Divisi Bryophyta selama sebagian besar usia hidup bergantung pada penyaluran air secara kapiler dalam ruang sempit di antara perdaunannya yang tumpang tindih. Perkembangan jaringan pembuluh yang sangat sederhana ini merupakan alasan mengapa Divisi Bryophyta hanya dapat tumbuh subur pada habitat yang lembab.
Menurut Soeratman (1999), lumut hati (Hepaticae) merupakan suatu kelas kecil yang biasanya terdiri atas tumbuhan berukuran relatif kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun selalu bersifat multiseluler dan tampak dengan mata bugil. Lumut hati dapat dibedakan dalam dua bentuk utama yaitu yang bersifat tipis, pipih, yang merayap dan cenderung membentuk percabangan berulang kali yang sama besar, dan yang bersifat mirip kormus, terdiri atas sumbu pokok merayap yang panjangnya dapat mencapai beberapa inci yang mempinyai bagian-bagian rumit mirip daun. Bagian-bagian yang seperti daun itu hanya setebal satu sel dan tidak mempunyai rusuk tengah, biasanya tersusun dalam dua baris, terletak pada kedua sisi sumbu yang biasanya berbaring, dengan biasanya terdapat deretan ketiga yang terdiri atas cuping-cuping yang lebih kecil di sepanjang sisi bawah sumbunya.
Berdasarkan buku serahan botani tumbuhan lumut kumpulan Sulisetjono (2011), dijelaskan, tumbuhan ini penyebarannya kosmopolitan, habitatnya tanah liat yang lembab atau batu – batuan yang sangat lembab dan teduh. Biasanya tumbuh di tebing – tebing jalan gunung, atau di pinggir kolam. Sedangkan struktur luar talus kecil, berwarna hijau gelap atau hijau kekuningan, struktur dalam talus tersusun dari beberapa lapis sel tanpa adanya bagian rusuk. Tidak ada diferensiasi jaringan dan sedikit ditemukan spesialisasi sel. Reproduksi vegetatif dengan cara fragmentasi, tetapi jarang terjadi, gemmae, dibentuk pada suatu tangkai pendek di sepanjang bagian tepi permukaan dorsal talus, secara seksual dengan anteridium dan arkegonium, anteridium terbentuk tunggal atau berkelompok di dalam rongga yang tertutup pada permukaan dorsal talus, arkegonium berasal dari perkecambahan sebuah sel yang letaknya berdekatan dengan sel apikal. Sel ini disebut sel initial jaket yang terletak di tepi, dan sebuah sel aksial primer yang terletak di tengah.
Menurut Tjitrosoepomo (1989), menjelaskan bahwa manfaat dari Anthoceros sp. Bermanfaat sebagai tumbuhan perintis, sebagai pencegah banjir, sebagai pengurang polutan.



                    
3.4. Parmelia sp.
    3.4.1. Gambar Parmelia sp.
Gambar pengamatan
Gambar literatur
          ( Goat willow.2011)

3.4.2. Klasifikasi

Klasifikasi Parmalia sp. menurut Tjitrosoepomo ( 1983), yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisio : Ascomycota
Class :  Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Familia : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Spesies : Parmelia sp.
3.4.3. Pembahasan
        
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui Parmelia sp. Termasuk lichens jenis foliose atau berbentuk mirip seperti lembaran daun, diameter setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan penggaris yaitu 4 cm, dengan warna putih kehijauan serta menempel pada pohon nangka (Artocarpus integra), yang mana bentuk dari Parmelia sp.yang ditemukan berbentuk bulat seperti lingkaran, sedangkan bila dilihat dari jauh akan nampak seperti lembaran daun yang telah mengering. Parmelia sp. ditemukan di tempat yang lembab pada saat dilaksanakan kuliah kerja lapangan yaitu di hutan yang terletak di sekitar pemandian air panas di daerah Cangar dekat dengan kota batu Malang.
Tjitrosoepomo(1989),Parmelia sp.  termasuk spesies dari anak divisi Lichenes (lumut kerak), yang mana lichenes merupakan kumpulan antara fungi dan algae, hingga menjadi satu kesatuan baik dari segi fisiologi maupun morfologi. Lichens hidup sebagai epifit pada pohon – pohonan, tetapi juga dapat di atas tanah, terutama di daerah tundra di sekitar kutub utara. Di daerah ini areal dengan luas ribuan km2 tertutup oleh lichens. Baik di atas cadas atau di dalam batu, tidak terikat tingginya tempat di atas permukaan air laut. Lichens dapat ditemukan dari tepi pantai sampai di atas gunung – gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan perimtis yang ikut dalam pembentukan tanah. Bagian jenis dapat masuk pada bagian pinggir batu-batu sehingga disebut endolitik.
Tjitrosoepomo (1989) ,Licenes tidak membutuhkan syarat – syarat hidup yang tinggi, dan tahan kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Karena panas yang terik lichens yang hidup pada batu – batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan apabila turun hujan akan hidup kembali. Pertumbuhan talusnya sangat lambat, dalam satu tahun kurang lebih 1 cm. tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertemua vegetative bertahun – tahun.
Tjitrosoepomo(1989),Algae yang ikut menyusun tubuh lichenes disebut gonidium, dapat bersel tunggal atau berupa koloni. Kebanyakan gonidiun adalah ganggang biru (Cyanopyceae) antara lain Chroococcus dan Nostoc, kadang – kadang juga ganggang hijau (Chlorophyceae) misalnya Cystococcus dan Trentepohlia.
Tjitrosoepomo (1989),Kebanyakan cendawan yang ikut menyusun tubuh lichenes tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales, hanya kadang – kadang Phyrenomycetales. Mungkin juga Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan Lichenes. Kebanyakan cendawan – cendawan tertentu bersimbiosis dengan ganggang tertentu juga. Untuk memelihara lichenes pada medium buatan dapat dijumpai banyak kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggangnya dipisahkan, masing – masing dapat dipisah, masing – masing dapat dipiara dengan mudah pada medium buatan.
Menurut Tjitrosoepomo (1989), habitusnya dapat dibedakan lichenes yang talusnya menyerupai lembaran – lembaran, dan seperti semak. Yang pertama biasanya melekat dengan benang – benang menyerupai rhizoid pada substratnya dengan seluruh sisi bawah talus, sedang yang kedua mempunyai ujung talus yang bebas dalam udara.
Tjitrosoepomo (1989) ,Sedangkan Parmelia sp. termasuk dalam kelas Ascolichenes, karena yang menyusunnya tergolong dalam Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium, misalnya Dermatocarpon dan Verrucaria, selain itu Parmelia sp. juga berupa lembaran – lembaran seperti kulit yang hidup di pohon – pohon dan batu – batu.
Menurut taylor (1960), Struktur Parmelis sp. seperti daun yang tersusun oleh lobus – lobus. Talusnya datar dan lebar memiliki banyak lekukan seperti daun yang mengkerut. Bagian atas berwarna abu – abu agak kecoklatan dan organ reproduksinya terdapat dia atas. Lapisan terdiri dari lapisan alga atau gonidium yang menghasilkan makanan dengan fotosintesis. Lapisan fungi yang yang tersusun atas sel – sel jamur yang kuat,rapat dan berfungsi untuk menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh serta serta adanya lapisan empulur yang tersusun atas sel – sel jamur yang tidak rapat yang berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan.
Tjitrosoepomo (1989), Pembiakan berlangsung dengan perantara soredium, yaitu kelompok kecil sel – sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benang – benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding talus soredium tersebar seperti debu yang ditiup angin. Benda – benda tersebut pada tempat lain dapat tumbuh menjadi lichenes baru. Seringkali soredium itu terjadi pada talus dalam tempat –tempat yang mempunyai batas yang jelas yang dinamakan soralum, dalam talus lichenes akhirnya cendawan dapat membentuk tubuh buah yang menurut jenis cendawan dapat berupa apotesium atau peritesium. Spora yang lepaskan di tempat yang barudapat berkembang menjadi lichenes baru jika menjumpai jenis ganggang yang tepat, yang sama dengan jenis ganggang pada talus induknya.
Menurut Tjitrosoepomo(1989),Manfaat Parmelia sp. untuk membantu melapukkan batu – batuan , sebagai vegetasi perintis atau tumbuhan pioneer, membantu proses pembuatan tanah, sebagai bioindikator pencemaran udara).


3.5    Polytricum sp.
3.5.1 Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literatur
Description: H:\KKL\KKL Cangar\SAM_2595.JPG

Description: C:\Users\TOSHIBA C640\Downloads\070505-polytrichum-sp.jpg







(bernad,2012)
Keterangan :
1.      Filoida
2.      Kauloida
3.      Rhizoid
3.5.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut birsyam,2012 :
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Bryopsida
Ordo : Polytricales
Famili : Polytrichaceae
Genus : Polytrichum
Species : Polytrichum sp.
3.5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan Polytrichum sp. termasuk dalam kelas Bryopsida atau lumut daun karena tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar, batang dan daun. Warna daun (filoida) adalah hijau, batang (kauloida) berwarna hijau, dan rhizoid berwarna coklat kehitaman, terdapat arkegonium dan anteridium, seperti yang dijelaskan dalam literatur (yulianto,1992) pada Polytricum sp. Mempunyai bagian-bagian  seperti daun, batang dan rhizoid. Batang dan daun berwarna hijau (ada tulang daun), akar halus disebut rhizoid. Polytricum adalah tumbuhan diesus yaitu mempunyai dua rumah.
Polytricum sp. Ditemukan ditempat yang lembab yaitu didaerah cangar, malang. Dimana daerah ini mempunyai udara dan tempat nya yang lembab. Seperti halnya dijelaskan dalam literatur (tjitrosoepomo, 2012) habitat Polytricum sp. Dapat tumbuh diatas tanah-tanah gundulyang periodik mengalami masa kekeringan, bahakn diatas pasir dapat tumbuh. Selanjutnya rumput ini dapat tumbuh antara rumput-rumput, diatas batu-batu cadas, pada batang pohon dan cabang-cabang pohon, dirawa-rawa, tetapi jarang didalam air. Dapat juga ditemukan pada tempat-tempat lembab.
Berdasarkan pengamatan daun pada bagian atas lebar dan pada bagian bawah kecil-kecil atau berupa sisik-sisik. Struktur daunnya pada pangkal lebar dan melengkung dan bagian tengahnya panjang dan lancip, seperti yang dijelaskan dalam literatur (campbell,2003) daun pada batang bagian bawah dapat meyerupai sisik yang tersusum dalam 3 baris, sedangkan daun pada bagian atas lebih besar, tebal dan tersusun rapat. Tiap daun bagian pangkalnya lebih lebar dan melengkung, kemudian bagian tengah sampai ujung panjang dan berbangun seperti lanset.
Berdasarkan literatur (tjitrosoepomo, 1989) Arkegonium dan anteridium terdapat pada tumbuhan berlainan. Anteridium dipucuk tumbuhan jantan dan arkegonium dipucuk tumbuhan betina. Gametofit dapat tumbuhan tinggi dengan daun yang sempit. Kapsul tegak, jarang ada yang mendatar kaliptra sering berbulu. Pada polytricum ukuran gametofitnya bervariasi dapat mencapai 35 cm.
Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau ujung-ujung cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya aling atas. Daun-daun itu kadang-kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus. Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium dan anteridium menghasilkan sperma (prasetyo, 2002).
Lumut ini dipercaya bisa digunakan sebagai obat, meski masih diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga usnea dipakai untuk obat diare atau sakit perut dengan cara direbus. Sementara dari marga lumut sphagnum digunakan sebagai obat penyakit kulit dan mata (birsyam, 1984).
Memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen, penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons). Bisa digunakan sebagai ornament tata ruang (yulianto, 1992).

3.6    Crepidotus autochthonus
3.6.1 Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literatur
Description: D:\KKL\lumut n jamur\Foto0991.jpg

Description: C:\Users\TOSHIBA C640\Downloads\1358.jpeg




( Wolf, 2012)

Keterangan :
1.      Tudung



3.6.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut suhono,2012 :
Kingdom: Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Sub kelas : Agaricomycetidae
Bangsa :Agaricales
Suku :Lnyocybaceae
Marga : Crepidotus
Jenis : Crepidotus autochthonus

3.6.3 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan Crepidotus autochthonus mempunyai tudung dan tidak mempunyai stipe, warna jamur ini adalah coklat, tubuhnya berukuran kecil, ditemukan menempel pada kayu. Dijelaskan dalam literatur (gandjar, 2008) bahwa marga ini beranggotakan spesies jamur yang memiliki tubuh buah berukuran kecil, berbentuk seperti kerang sampai ginjal, berwarna putih atau krem, dan tidak memiliki batang atau tangkai. Jenis jamur ini tumbuha pada kayu atau batang tumbuhan yang telah lapuk dan membusuk.
Berdasarkan literatur(suhono, 2012) bahwa jenis ini memiliki tubuh buah yang pleurotoid, tidak bertangkai, dengan daging buah yang umumnya sangat tipis. Cetakan spora berwarna coklat suram. Jamur ini bisa disebut dengan supa kuping kelabu.
Jamur ini merupakan jamur saprofit, dimana dijelaskan dalam literatur (gunawan, 2000) bahwa jamur saprofit adalah jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Dengan kata lain saprofit adalah organisme yg hidup dan makan dari bahan organik yg sudah mati atau yang sudah busuk.
Crepidotus autochthonus merupakan suku lnyocybaceae dimana dijelaskan dalam literatur (subandi, 2010) bahwa suku lnyocybaceae terdiri atas 13 marga yang meliputi 821 spesies jamur yang tersebar luas didaerah tropis dan beriklim sedang.
Reproduksi jamur ini terjadi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual yaitu dengan cara membentuk spora konidia. Seperti Zygomycotina dan Ascomycotina, reproduksi sesksual Basidiomycotina terjadi melalui perkawinan antara hifa yang berbeda jenis menghasilkan spora seksulal (spora generative), yaitu spora basidium (basidiospora) (suhono, 2012).
Semua jenis Crepidotus memiliki peran sebagai pengurai tumbuhan di alam. Jenis-jenisnya memiliki pennyebaran kosmopolitan di daerah beriklim sedang.( suhono, 2012).

3.7    Pleurotus ostreatus
3.7.1        Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literature

Description: D:\KKL\lumut n jamur\Foto3279.jpg

  Description: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTGFbElXxHMJzGjixKieS1HSw9l2L2xKtLRgNpIc3fI-j8CmYSzo9AYZLCo

Keterangan:
·         Bagian-bagian jamur tiram:
1.      Tudung
2.      Stipe
3.      Lamella
·         Bentuk : kipas
·         Tekstur : kenyal
·         Warna : putih tulang

3.7.2 Klasifikasi
Klasifikasi jamur tiram putih menurut Smith (1995) adalah :
Kingdom         : Fungi
Phylum            : Amastigomycota
Subphylum      : Eumycota
Divisi               : Basidiomycota
Kelas               : Agaricomycetes
Ordo                : Agaricales
Famili              : Tricolomataceae
Genus              : Pleorotus
Spesies        : Pleorotus ostreatus
3.7.3 Pembahasan
Jamur tiram (pleurotus ostreautus) termasuk ke dalam eukaryotic karena did lam selnya terdapat nucleus yag dpat dipisahkan dari sitoplasma oleh membrane DNA sebagai bahan genetiknya dan memiliki organel sitoplasma, memiliki bentuk seperti kipas, bagian yang atas yang melebar disebut tudung sedangkan batangnya disebut stipe. Permukaan depan tampak halus karena tidak tedapat lamella, sedangkan bagian belakang batang terdapat lamela atau atau papan dengan lapisan himenium pada kedua sisinya. Tekstur tubuhnya kenyal, bewarna putih tulang serta sering ditemukan di daerah yang lembab dan tanah yang lembab. Manfaatnya yakni sebagai bahan makanan karena tidak mengandung racun ataupun zat-zat yang berbahaya bagi konsumennya.
Suku Agaricae tubuh kebanyakan berbentuk paying, himenofora membentuk lamella atau papan-papan dengan lapisan himenium pada kedua sisinya. Kebanyakan warga suku ini hidup sebagai saprofit, sebagian kecil sebagai parasit. Beberapa diantaranya dapat dimakan, tetapi ada pula yang beracun (tjitrosoepomo.1998: 150)
Jamur tiram (pleurotus ostreatus) adalah jamur pangan dengan tudung berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan bewarna putih hingga krem. Tubuh buah memiliki batang yang berada di pinggir (pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreotus), sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus estroutus. Tubuh jamur tiram terdiri dari tudung (pileus) dan tangkai (stipe). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram tau telinga dengan ukuran diameter 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti insang (lamella atau giling) bewarna putih dan lunak yang berisi basidiospora. Bentuk pelekatan lamella ini adalah memanjang sampai ke tangkai atau disebut dicdirent. Sedangkan tangkainya  dapat pendek atau panjang (2-6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan. Tangkai ini yamng menyangga tudung agak lateral  (bagian tepi) dan agak eksentris (agak ke tengah). Jamur tiram termasuk golongan jamur yang memliki spora yang bewarna . jejak sporanya menampakkan warna putih sampai kuning tiram (siregar. 1992: 89)
Pada umumnya jamur tiram, Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya, yakni secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam konidium. Sedangkan secara seksual, reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut juga basidiospora yang terletak pada kantung basidium. Mula-mula basidiospora bergerminasi membentuk suatu masa miselium monokaryotik, yaitu miselium dengan inti haploid.]Miselium terus bertumbuh hingga hifa pada miselium tersebut berfusi dengan hifa lain yang kompatibel sehingga terjadi plasmogami membentuk hifa dikaryotik. Setelah itu apabila kondisi lingkungan memungkinkan (suhu antara 10-20 °C, kelembapan 85-90%, cahaya mencukupi, dan CO2 < 1000 ppm) maka tubuh buah akan terbentuk. Terbentuknya tubuh buah diiringi terjadinya kariogami dan meiosis pada basidium. Nukleus haploid hasil meiosis kemudian bermigrasi menuju tetrad basidiospora pada basidium.  Basidium ini terletak pada bilah atau sekat pada tudung jamur dewasa yang jumlahnya banyak (lamela). Dari spora yang terlepas ini akan berkembang menjadi hifa monokarion. Hifa ini akan memanjangkan filamennya dengan membentuk cabang hasil pembentukan dari dua nukleus yang dibatasi oleh septum (satu septum satu nukleus) Kemudian hifa monokarion akan mengumpul membentuk jaringan sambung menyambung berwarna putih yang disebut miselium awal dan akhirnya tumbuh menjadi miselium dewasa (kumpulan hifa dikarion). Dalam tingkatan ini, hifa-hifa mengalami tahapan plasmogami, kariogami, dan meiosis hingga membentuk bakal jamur. Nantinya, jamur dewasa ini dapat langsung dipanen atau dipersiapkan kembali menjadi bibit induk (Syamsul bahri. 1996: 57).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur kayu yang sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Selain karena memiliki cita rasa yang khas, jamur tiram juga memiliki nilai gizi yang tinggi. Jamur tiram mengandung protein sebanyak 19 – 35 % dari berat kering jamur, dan karbohidrat sebanyak 46,6 – 81,8 %. Selain itu jamur tiram mengandung  tiamin atau vit. B1, riboflavin atau vit. B2, niasin, biotin serta beberapa garam mineral dari unsur-unsur Ca, P, Fe, Na, dan K dalam komposisi yang seimbang. Bila dibandingkan dengan daging ayam yang kandungan proteinnya 18,2 gram, lemaknya 25,0 gram, namun karbohidratnya 0,0 gram, maka kandungan gizi jamur masih lebih lengkap sehingga tidak salah apabila dikatakan jamur merupakan bahan pangan masa depan (Syamsul bahri. 1996: 57).
Jamur tiram juga bermanfaat dalam pengobatan, seperti (Syamsul bahri. 1996: 57-58).:
  1. Dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah.
  2. Memiliki kandungan serat mulai 7,4 % sampai 24,6% yang sangat baik bagi pencernaan.
  3. Antitumor, antioksidan, dll.
            Jamur tiram tumbuh pada serbuk kayu, khususnya yang memiliki serat lunak seperti jenis kayu albasiah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tubuh buah jamur tiram adalah 20 – 28°C, dengan kelembaban 80 – 90 %. Pertumbuhan jamur tiram membutuhkan cahaya matahari tidak langsung, aliran udara yang baik, dan tempat yang bersih (Syamsul bahri. 1996: 58).










3.8                 Marchantia polimorpha
3.8.1 Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literatur
  Description: H:\KKL\KKL Cangar\SAM_2671.JPG

  Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0a/Moos_5772.jpg/250px-Moos_5772.jpg

Keterangan:
·         Bagian-bgian:
1.      Anteridium
2.      Archegonium
3.      Tangkai / seta
4.      Rhizoid






Anteridium
archegonium

            Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\marchegon_small.jpg

               Description: C:\Users\TOSHIBA\Documents\archegonia.jpg

3.8.2 Klasifikasi
Klasifikasi Marchantia polymorpha menurut Smith (1995) adalah :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Bryophyta
Classis             : Hepaticae
Ordo                : Marchantiales
Familia            : Marchantiae
Genus              : Marchantia
Species            : Marchantia polymorpha

3.8.3 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa marchantia sp termasuk lumut hati atau hepaticopsida. Bentuk thallusnya seperti lembaran daun, berbentuk hati. Bagian-bagian yang dimiliki antaranya adalah kupula, takik, lobus talus dan rusuk. Reproduki yang dilakukan  baik secara vegetative dengan gemma (kuncup) atau dengan generative dengan menggunankan anteridium dan archegonium.
Lembaran-lembaran daunnya bewarna hijau serta tampak tepinya berlekuk-lekuk seperti telinga. Lumut ini tumbuhnya menggerombol. Pada permukaannya terdapat kupula yang mana didalamnya terdapat gema dan didalam gema terdapat archegonium dan anteridium. Pada bagian bawah terdapat rhizoid yang berfungsi sebagai menempel pada substrat serta zat hara dari tanah. Selain tu, juga terdapat kaulioda dan filoida
Marchantia sp termasuk dalam lumut hati dan dimasukkan dalam Classis Hepaticopsida karena lebih dikenal dengan nama lumut hati. Gametofit pada umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid. Sporofit tidak memounyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Marchantia dimasukkan dalam Familia Marchantiales karena talus seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang menggarpu, dan mempunyai rusuk   tengah yang tidak  begitu tidak menonjol. Sisi bawah talus terdapat sisik-sisik ventral (sisik perut), juga terdapat rhizoid (Aryulina.2007: 59).
            Lumut hati (Marchantia geminata) termasuk dalam lumut hati. Gametofit umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Sporofit tidak mempunyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Lumut hati daun masih berbentuk talus dan mempunyai percabangan dikotom dan mempunyai gemma cup. Habitat dari lumut hati yaitu ditempat yang lembab (Aryulina.2007: 59).
            Bagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa Marchantiales ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantia polymorpha memiliki talus seperti pipa yang lebarnya kurang lebih 2 cm, agak tebal, bercabang-cabang menggarpu dan mempunyai suatu lekuk di tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik ventral. Selain itu pada bagian talus terdapat rizoid-rizoid yang bersifat fototrop aktif dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna (Aniswara. 2006: 113).
Gametangium Marchantiales didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh tegak. Bagian bawah cabang talus ini tergulung merupakan suatu tangkai, di dalam gulungan itu terdapat suatu saluran dengan benang-benang rizoid. Bagian atas cabang tadi berulang-ulang mengadakan percabangan menggarpu hingga akhirnya membentuk suatu badan seperti bintang. Tempat arkegonium dan anteredium terpisah, jadi Marchantiales berumah dua. Pendukung anteredium disebut anterediofor dan pendukung arkegonium disebut arkegoniofor (Aniswara. 2006: 113).
Pendukung gametangium jantan menyerupai suatu tangkai dengan suatu cakram bertoreh delapan pada ujungnya. Pada sisi atas cakram itu terdapat ruang-ruang berbentuk botol yang berada pada permukaan atas dengan sebuah liang yang kecil. Ruang-ruang itu berisi anteredium dan satu sama lain terpisah oleh ruangan yang mengandung ruang-ruang udara. Pendukung gametangium betina berakhir dengan suatu badan berbentuk bintang. Kaki-kaki bintang itu biasanya berjumlah 9, tepinya melipat ke bawah, sehingga sisi atas bagian yang mendukung arkegonium itu menghadap ke bawah pula. Akibatnya arkegonium seakan-akan terdapat pada sisi bawah badan yang berbentuk bintang tadi. Letak arkegonium pada pendukungnya berderetan menurut arah jari-jari (Aniswara. 2006: 113).
Perkembang biakan secara vegetative maupun generative. Reproduksi vegetative dengan membentuk gemma atau kuncup. Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti yang disebut cupula pada thallus bagian atas. Kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di atas dasar kupula. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan bilamana gemmma melekat  pada bagian pipih dari tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid, lalu thallus yang baru akan berkembang (Aniswara. 2006: 114)
Reproduksi generative terjadi dengan  membentuk gamet. Dari thallus  yang berbentuk lembaran daun, organ anteridium dan archegonium mencuat ke atas. Bentuk archegonium seperti  paying, yang memiliki lekuku-lekuk pada tepinya, sedangkan anteridium seperti paying yang tepinya rata (Brysyam. 1992: 37)
Anteridium merupaka organ kelamin  jantan yang menghasilkan ovum. Sperma yang masuk berenang dalam air untuk mencapai ovum sehingga terjadi fertilisasi dan menghasilkan zigot  yang akan tumbuh untuk menjadi thallus baru. Anteridium mempunyai tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai archegonium yang disebut archegonium (Brysyam. 1992: 38)
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil. Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya(Brysyam. 1992: 38)
Lumut ditemukan terutama di area sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon dan di tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa bentuk mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi ditemukannya. Beberapa jenis dengan air, seperti Fontinalis antipyretica, dan Sphagnum tinggal / menghuni rawa.
            Kebanyakan dari tanaman memiliki dua bagian kromosom di sel-selnya (diploid, beberapa kromosom hidup dengan sebuah pasangan yang mengandung informasi genetik yang sama). Sedang lumut (dan Bryophyta lain) hanya memiliki satu set kromosom (haploid, beebrapa kromosom hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode siklus hidup lumut secara lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini hanya pada sporofi
            Marchantia polymorpha berfungsi sebagai obat penyakit yaitu hepatitis C. antivirus pada tumbuhan ini berfungsi dalam menangkal pertumbuhan virus pada hati. Selain itu, tumbuhan ini jugaberfunsi untuk menghilangkan racun gigitan ular pada tingkatan pertama (Setyowati. 2007: 154)
Ada suatu market substansiil yang mengumpulkan lumut dari yang liar. Penggunaan lumut tetap utuh terutama di florist trade dan untuk dekorasi rumah. Lumut jenis Sphagnum juga komponen utama bahan bakar, yang mana ditambang untuk penggunaan sebagai bahan bakar, sebagai aditip lahan perkebunan, dan jelai bertunas dikeringkan pada pemroduksian Scotch Whisky.Sphagnum, biasanya jenis cristatum dan subnitens, dipanen selagi masih bertumbuh dan dikeringkan digunakan di kamar anak anak dan hortikultura sebagai medium pertumbuhan (Setyowati. 2007: 154).






3.9 Russula paludosa
3.9.1 Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literature
Description: D:\IHDA TITIP\201212\201212A0\02122012056.JPG                 

 


                                                          
                                                  1
 


Text Box: 2Text Box: 1                                                  
 


 


                                    

Text Box: 2
 

Text Box: 1         


(Plantamore,2012)


Keterangan :
1.      Tudung jamur
2.      Spora









3.9.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut (Ciremai,2008) adalah :
 Kingdom:       Fungi
Division:       Basidiomycotes
Class:            Agaricomycetes
Ordo         Agaricales
Family           Amanitaceae
Genus          Amanita
 Species             A. phalloides

3.9.3 Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan secara langsung yang bertempat di cangar, dimana kami menemukan banyak sekali species jamur, salah satunya kami menemukan jamur Amanita phalloides yang terdapat ditanah yang lembab disekitar tumpukan sampah daun  dan jamur ini termasuk dalam class Agaricomycetes.dari family Amanitaceae. Dari pengamatan tersebut ketika di indentifikasi diketahui bahwa bagian tubuhnya terdapat jaringan yang mirip insang pada hymeniumnya, Karena bentuknya bergaris-garis mirip seperti  insang, tudung yang  membentuk convex atau cembung ,mempunyai Stipe bercincin dan ber volva dengan Spora berwarna putih serta mempunyai warna yang mencolok yaitu warna merah, yang mana apabila jamur memiliki warna yang mencolok menandakan bahwa di dalam jamur tersebut terdapat  senyawa beracun yang terkandung yaitu adalah α-amanitin, yang dapat merusak hati dan ginjal, dan menimbulkan keracunan dan sangat fatal karena sampai saat ini belum ada penawarnya serta bersifat  mematikan apabila termakan oleh manusia atau hewan.
            Amanita phalloides adalah spesies jamur yang termasuk dalam famili amanitaceae ini merupakan jamur yang memiliki efek toksik sangat berbahaya. Efek toksiknya dapat menyebabkan kematian bila jamur ini termakan. selain itu jamur tersebut memiliki memiliki ciri-ciri yaitu, mempunyai payung dengan tudung berwarna merah, coklat muda. Amanita phalloides bersifat parasit, eukariotik, berfilamen, amotil, dinding sel mengandung kitin dan selulosa. Biasa tumbuh secara liar di hutan, tegalan, pekarangan dan dapat ditemukan juga di antara jatuhan daun atau pada tanaman humus (Birsyam,1992).
            Jamur Amanita phalloides dikenal sebagai payung maut (Death Cap). Dari sekian banyaknya jenis jamur beracun, Amanita phalloides merupakan spesies jamur paling berbahaya karena kematian biasanya terjadi setelah mengonsumsi jamur ini. Masyarakat awam sering sering mengira jamur ini dengan champignon (jamur agaricus). Secara morfologi, jamur Amanita phalloides termasuk organisme heterotrof karena tidak mempunyai pigmen hijau daun (khlorofil) untuk melakukan proses fotosintesis. Tubuh buah seperti payung dengan tudung berwarna merah, coklat muda, coklat tua sampai kuning dengan bintik-bintik putih. Dapat hidup sebagai saprofit atau parasit.( Birsyam,.1992).
            Menurut Ainsworth (1973), jamur beracun ini dicirikan sebagai tumbuhan talus dengan struktur tubuh uniseluler atau berfilamen, bersifat amotil (dengan pengaliran sitoplasma melalui miselium), dinding sel mengandung kitin dan selulosa, serta memiliki inti sel (eukariot). Pada umumnya dapat berkembang biak secara seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif). Cara reproduksi jamur Amanita phalloides secara aseksual akan menghasilkan spora dengan sporokarpa makroskopik maupun mikroskopik. Habitatnya tumbuh liar di hutan, tegalan, pekarangan, serta dapat ditemukan pula di antara jatuhan daun atau pada tanah humus.
            Jika dibandingkan dengan hasil pengamatan dan hasil literature maka terjadi kesamaan yang mana warnanya mencolok, terdapat dihutan dan ditanaman humus serta bersifat mematikan apabila dikonsumsi.






3.10 Parmelia sulcata
3.10.1 Gambar Hasil Pengamatan
Gambar pengamatan
Gambar literature
Description: D:\KKL\KKL Cangar\SAM_2607.JPG
Description: Photo of lichen Parmelia sulcata
(Plantamor,2012)

 Keterangan :
·         Talus
·         Rhizines
·         Soredia
3.10.2 Klasifikasi
Klasifikasi menurut  (taylor,2007) adalah :
Kingdom         Fungi
            Divisi               Ascomycota
                        Class                Lecanoromycetes
                                    Ordo                Lecanorales
                                                Family             parmeliaceae
                                                            Genus              parmelia
                                                                        Species            Parmelia sulcata

3.10.3 Pembahasan
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan secara langsung di cangar, pratikan menemukan bermacam jenis lichen salah satu nya Parmelia sulcata. Yang termasuk  dalam kingdom fungi, dari family parmeliaceae yang sangat umum dijumpai. Parmelia sulcata ini pada saat pengamatan ditemukan menempel pada batang pohon, ketika diamati diketahui bahwa pada Parmelia sulcata termasuk dalam tipe foliase karena seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus,talusnya datar,lebar, dan banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar, serta mempunyai warna hijau.
            Lichens ini hidup melekat pada batu, ranting dengan rhizenes, relative longgar melekat pada substrat nya. Stukturnya seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Thallus nya datar dan lebar, memiliki banyak lekukan seperti daun yang mengkerut (Taylor. 1960).
parmelia adalah genus besar dari lichens dengan distribusi global, membentang dari Arktik ke benua Antartika tetapi terkonsentrasi didaerah beriklim sedang. Lichens ini adalah makanan untuk beberapa ulat Lepidoptera tertentu, seperti kupu-kupu taleporia bagworm tubulosa. (Taylor. 1960).
Parmelia memiliki sisi gelap yang lebih rendah dengan rhizines yang melekatkan lumut pada substratnya. Dibagian atas berwarna abu-abu agak kecoklatan dan organ reproduksi diatasnya. Lapisan nya kemungkinan terdiri dari lapisan alga atau gonidium yang menghasilkan makanan dengan fotosintesis, lapisan fungi yang tersusun atas sel-sel jamur yang rapatt dan kuat untuk menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh serta adanya lapisan empulur (rhizine) yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat yang berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan tempat terjadi nya perkembangbiakan (Ciremai. 2008).
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-lobus. Lichen longgar melekat pada substratnya.Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh: Xantoria, Physcia,Peltigera, Parmelia dll, (Ariyanto. 2000).
Manfaat dari Parmelia sulcata ini bisa digunakan sebagai bahan pembungkus mumi dan campuran buat pipa cangkang untuk merokok terutama oleh orang mesir, karena didalam parmelia mengandung asam lecanotic, dan di Amerika utara psrmelia digunakan untuk pewarna kol dengan cara fermentasi lichens dalam ammonia (Taylor,1960).


BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatatan dapat disimpulkan bahwa di hutan cangar dapat ditemukan berbagai jenis lumut, lichen dan jamur. Spesies lumut yang ditemukan didaerah cangar adalah polytricum sp. Dan  Marchantia sp.  Spesies lichen yang ditemukan adalah Usnea barbata, parmelia sulcata. Dan spesies jamur yang ditemukan adalah Rassu lanobili, Pleurotus Ostreatus dan Jamur kuping, Hericium erinaceus.
Berdasarkan hasil pengamatan pada setiap spesies mempunyai karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda pada spesies lumut polytrichum sp. Mempunyai bagian-bagian  seperti daun, batang dan rhizoid. Batang dan daun berwarna hijau (ada tulang daun), akar halus disebut rhizoid. Polytricum adalah tumbuhan diesus yaitu mempunyai dua rumah dan pada Marchantia sp.  mempunyai susunan talus yang bercabang-cabang menggarpu dan mempunyai suatu lekuk juga terdapat rhizoid-rhizoid.
Pada spesies lichen Usnea barbata mempunyai warna  hijau pucat atau abu-abu dan merupakan lumut asli ke Eropa, merupakan campuran dari jamur dan alga yang tumbuh bersama-sama dalam suatu hubungan simbiosis. Pada parmelia sulcata merupakan lumut dalam keluarga Parmeliaceae.
Pada spesies jamur Hericium erinaceus (juga disebut Mane Jamur singa, Jamur Gigi Bearded, Hedgehog Jamur, Beard Satyr itu, Bearded Hedgehog Jamur, pom pom jamur, atau jamur Gigi Bearded) adalah jamur merang dan jamur obat dalam jamur kelompok. Berasal dari Amerika Utara , dapat diidentifikasi oleh kecenderungan  duri dapat tumbuh  keluar dari satu kelompok (bukan cabang), duri yang panjang (lebih besar dari 1 cm) dan penampilan pada kayu keras. Pleurotus Ostreatus mempunyai Tubuh buahi tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus.Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.
Karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang Bagian tubuh buah dari jamur kuping berbentuk seperti mangkuk atau kadang dengan cuping seperti kuping, memiliki diameter 2-15 cm, tipis berdaging, dan kenyal.
















DAFTAR PUSTAKA
Arif. Astuti 2011.Isolasi Dan Identifikasi Jamur Kayu Dari Hutan Pendidikan Dan Latihan Tabo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal Perennial, 3(2) : 49-54
Ariyanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Birsyam, Inge L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: ITB
Campbell, neil A, J.B Reece dan L.G Mitchel. 2003. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga
Ciremai. 2008. Biologi Laut. Jakarta: Pt. Gramedia.
Dasuki, U.A. dan Birsyam, I. 1985. Flora Lumut (Bryophyta) sekitar Gunung Tangkubanparahu. Laporan Penelitian no 8314185.DIP-ITB.
Gandjar, indrawati dkk. 2008. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Buku Obor
Gunawan, A.W. 2000. Usaha Pembuatan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya
Haspara. 2004. Biologi. Surakarta: Widya Duta
Hendrarto. Mariskasukma,2008. Modifikasi Tata Letak Fasilitas Produksi Jamur Tiram(Facility Layout Modification For Shimeiji Mushroom. Jurnal Teknotan, Issn 1978-1067 Vol. 1 No. 3,
Indah, Najmi. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah. Jember : PGRI Jember
Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Lovelles. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerak Tropik 2. Jakarta: Gramedia.
Prasetyo, T.I.dkk. 2002. Struktur Morfologi dan Anatomi Bryophyta. Malang: Universitas Negeri Malang
Prawirohartono, Slamet. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga
Roimil, L. 2002. Botani tumbuhan rendah. Malang: UNM press
Siregar, dkk. 1992. Budidaya pengolahan dan pemasaran jamur. Jakarta: Penebar swadaya
Soeratman. 1999. Penggelompokan Tumbuhan Bryophyta. Jakarta: Erlangga
Subandi. 2010. Mikrobiologi. Bandung: Remaja Rosadakarya
Suhono, budi. 2012. Ensiklopedi Biologi Dunia Tumbuhan Runjung dan Jamur. Jakarta: PT Ikrarmandiri Abadi
Sulisetjono .2011. bahan serahan botani tumbuhan lumut . Malang : IKIP Malang
Syamsulbahri. 1996. Bercocok tanaman perkebunan tahunan. Yogyakarta: UGM
 Taylor .1960. Biologi. Bandung: Ganeca Exact
Tjirosoepomo, gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Yulianto, suroso adi. 1992. Pengantar cryptogamae. Bandung: Tarsito